iklan banner

I’jaz Al-Qur'an

Oleh : Intan Sari Iftitah Dewi



A.Tinjauan  umum  tentang  mukjizat  Al-qur’an
1-      Definisi Mukjizat
Mukjizat dari segi bahasa berasal dari akar kata ( عجز) yang berarti lemah. Kemudian ( عجز)  ditambah hamzah qoto’ menjadi (آعجز)  yang berarti melemahkan. Karena tambahan hamzah itu, ( عجز) yang semula kata kerja tak berobjek menjadi kata kerja yang berobjek[1]. Pelakunya ( yang melemahkan) di namai (معجز). Bila kemampuanya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan,ia di namai (معجزة). Tambahan Ta>’ marbu>t}ah pada akhir kata itu mengandung makna Mub}alaghah (superlatif). [2]
Adapun menurut istilah mukjizat adalah sesuatu luar biasa yang muncul  dari tangan seorang Nabi karena tidak ada tantangan dan tak mungkin tertandingi. Mukjizat Al-quran artinya tanda kebenaran Muhammad atas pengakuannya sebagai seorang Nabi dengan membawa bukti berupa Al-quran yang membuat orang Arab takjub karena tidak mampu menandingi keindahan susunan bahasanya.[3]
Jadi mukjizat adalah sesuatu diluar rambu-rambu nalar manusia yang menjadi bukti kebenaran para utusan Allah. Mukjizat berbeda dengan sihir, karena sesuatu di sebut mukjizat jika muncul dari seorang Nabi. Sihir biasanya muncul atas dasar pamer dan untuk hiburan. Sedangkan mukjizat muncul dalam kondisi tertentu.

2-      Mukjizat dari masa ke masa

Secara umum mukjizat terbagi menjadi dua bagian : H}issyyah [4] dan  Aqliyyah [5]. Kebanyakan mukjizat nabi-nabi terdahulu adalah H}issyyah, karena tingkat kecerdasan nalar Bani Israil pada saat itu masih rendah. sedangkan mukjizat Nabi Muhammad kebanyakan adalah  Aqlyyah. Karena tingkat penalaran umat sudah jauh lebih tinggi. Disamping itu shari’at umat Muhammad adalah shari’at  universal yang tidak terikat oleh ruang dan waktu.[6]
Mukjizat para rasul berbeda antara satu dengan yang lainya. Hal ini di sesuaikan dengan kondisi sosial dan tingkat penalaran umat dimana para rasul itu diutus.[7] Sehingga mereka bisa menilai keunggulan mukjizat yang dibawa para rasul itu[8].
Seorang Nabi yang diutus kepada bangsa Arab, yang notabene hidup di daerah padang pasir, seperti Nabi S}a<lih misalnya, diberi mukjizat berupa unta yang sama sekali berbeda dengan unta biasa, yaitu unta yang lahir dari sebongkah batu.
Ketika sihir sangat populer dan menjadi kebanggaan orang Mesir pada masa itu, Nabi Musa diutus dengan membawa mukjizat yang mirip dengan sihir. Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad kepada kaum yang  selalu membanggakan keindahan susunan kata dalam bersha’ir, Allah pun memberikan mukjizat berupa Al-quran yang membuat mata mereka terbelalak ketika mendengarkan untaian-untaian indah ayat-ayat Al-quran.[9]
            Jika di renungkan lebih dalam, banyak sekali keistimewaan yang ada pada mukjizat al-Qur’an di bandingkan mukjizat-mukjizat nabi-nabi terdahulu. Mukjizat nabi terdahulu banyak bertumpu pada hal-hal yang tidak masuk akal dan di luar jangkauan nalar. Tetapi al-Qur’an justru mukjizat yang sangat logis dan ilmiah di tinjau dari sisi manapun. Selain itu Allah menjamin eksistensi al-Qur’an dengan menjaganya dari tangan-tangan kotor yang ingin merubahnya. Sedangkan mukjizat sebelum al-Qur’an hanya jadi berita saja. Bahkan kitab Samawi yang di bawa oleh para Nabi terdahulu, mereka gubah.

B.  Tahap-Tahap dan Kadar Mu’jizat Al-Qur’an
   Mana>’ al-Qat{ta>n menyebutkan bahwa Rasulullah  menantang orang Arab untuk menandingi al-Qur’an dalam tiga tahapan :
1-      Menantang mereka dengan  seluruh Al-Qur’an  dalam kontek  umum  yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin dengan  tantangan  yang mengalahkan  kemampuan mereka melalui  firman Allah :
قل لإن اجتمعت الإنس والجن على أن يأتو بمثل هذا القرآن لا ياتون بمثله ولوكان بعضهم لبعض ظهيرا.
“ katakanlah : sesungguhnya  jika  manusia  dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan mampu meskipun mereka bekerja sama “(QS:17:88).
2-      Menantang mereka  dengan sepuluh  surah saja, Allah berfirman :
أم يقولون افتراه قل فأتو بعشر سور مثله مفتريات ودعوا مااستطعتم من دون الله إن كنتم صادقين.
“ ataukah mereka mengatakan: Muhammad telah membuat-buat Qur’an itu? Katkanlah : (jika demikian) maka datangkanlah sepuluh  surah yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah siapa saja orang yang kamu sanggup selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Jika mereka tidak mendengar ajakan kalian, maka ketahuilah bahwa Qur’an itu turun dengan ilmu Allah.”(QS:11:13-14).
3-      Menntang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an, sebagai mana firman Allah:
أم يقولون افتراه قل فأتوا بسورة مثله .
“Atau patutkah mereka mengatakan : Muhammad membuat-buat nya, katakanlah : kalau benar yang kamu katakana itu,coba lah datangkan satu surat saja yang menyerupainya”(QS:10:38).[10]

Mustafa muslim menyebutkan perbedaan pendapat para ulama tentang kadar  kemukjizatan Qur’an sebagai berikut:
1-      Sebagian orang Muktazilah berpendapat bahwa kadar kemukjizatan Qur’an meliputi seluruh surat dalam Qur’an. Pendapat ini bertentangan dengan ayat tahapan tantangan  yang awal mula menantang agar membuat Qur’an yang sama, kemudian turun menjadi sepuluh surat, dan terahir menjadi satu surat.
2-      Sebagian ulama berpendapat, sebagian kecil atau sebagian besar dari Qur’an tanpa harus satu surah penuh, juga merupakan mukjizat , berdasarkan firman Allah :
فاليأتو بحديث مثله إن كانوا صادقين.
“ Maka hendaklah mereka mendatangkan satu kalimat saja yang mampu menyamai Qur’an”(QS:52:34).
Yang dimaksud kalimat disana adalah ungkapan yang bermakna, entah itu satu ayat atau kurang dari satu ayat.
3-      Mayoritas ulama berpendapat bahwa, minimal satu surat panjang atau pendek.[11].

Namun demikian, kita tidak berpendapat, kemu’jizatan itu hanya terdapat pada kadar tertentu, sebab kita dapat menemukannya pula pada bunyi huruf-hurufnya dan alunan kata-katanya, sebagaimana kita mendapatkannya pada ayat-ayat dan surah-surahnya. Al-Qur’an adalah Kalamullah. Ini saja sudah cukup.
Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mu’jizat itu, maka jika seorang penyelidik yang obyektif dan mencari kebenaran memperhatikan al-Qur’an dari aspek manapun yang ia sukai, segi uslubnya, segi ilmu pengetahuannya, segi pengaruh yang ditimbulkannnya di dalam dunia dan wajah sejarah yang diubahnya, atau semua segi tersebut, tentu kemu’jizatan itu ia dapatkan dengan jelas dan terang.

D. Macam-Macam Mu’jizat Al-Qur’an
1-      Al-I’ja>z al-Lughawyi> (kemukjizatan dari sisi bahasa)
Mukjizat dari aspek ini adalah mukjizat yang menjadi kajian utama para ulama terdahulu. Mukjizat ini meliputi aspek keindahan bahasa dan ketepatan pemilihan kata dan susunan. Tidak hanya itu para pakar bahasa arab menemukan unsur  musik yang  diperoleh dari pembacanya dan dapat dirasakan oleh pendengarnya.[12]
Seperti firman allah  :
فلله الآخرة والأولى.

“Hanya bagi allah kehidupan akhirat dan dunia”.(QS:Al-najm:25)
Apabila ayat tersebut kita baca terbalik maka akan hilang lah unsur musik di dalamnya. Ini menunjukkan walaupun ayat-ayat al-Qur’an bukan syair atau puisi, terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam ritme dan iramanya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata-kata yang dipilih dan melahirkan keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya.
Selain itu, dari keindahan dan keluwesan bahasa al-Qur’an tersebut muncul teori-teori pengambilan hukum yang di prakarsai oleh para ulama fikih sehingga menjadikan bermacam pendapat dalam kajian ilmu fikih yang membuat hukum Islam menjadi fleksibel dan tidak kaku.

2-      Al-I’ja>z al-Tashri<’i> (keunggulan Al-qur’an pada hukum dan undang-undang)
 Seluruh umat Islam sepakat bahwa dalam al-Qur’an terdapat banyak sekali undang-undang yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari sejak lahir sampai mati. Undang-undang tersebut setelah di teliti para pakar di bidangnya ternyata mempunyai keunggulan-keunggulan yang di luar  manusia. Contoh undang-undang yang berkaitan dengan Qisa<s  potong tangan, Allah berfirman :
والسارق والسارقة فاقطعوا أيديهما.
“ Dan potonglah tangan orang yang mencuri baik laki-laki atau perempuan.”
Jika di lihat sekilas hukuman ini terlalu kejam dan tidak manusiawi, akan tetapi jika di lihat dari realitas sosial hukuman ini sejatinya adalah pengaman bagi stabilatas kehidupan  masyarakat. Di Amerika pemerintah membutuhkan biaya empat ribu Dolar pertahun untuk oprasional satu sel penjara, kondisi ini menyebabkan kerugian dari sektor ekonomi yang menyebabkan sikap tidak tegas kepada para pencuri. Ahirnya pencurian semakin marak dan orang tidak lagi takut untuk mencuri. Jika di bandingkan dengan undang-undang pada zaman awal pemerintahan Islam saat masih menggunakan hukuman potong tangan maka akan sangat kentara perbedaanya. Sejarah mencatat selama 400 tahun Islam memerintah hanya enam saja orang yang terkena hukuman potong tangan.[13]
            Masih banyak lagi ayat-ayat yang mengatur kehidupan manusia yang terlihat sangat merepotkan namun mengandung dampak positif yang luar biasa yang tidak bisa di ketahui kecuali setelah di terapkan. Seperti perintah toleran kepada  pemeluk agama lain yang di terapkan oleh Nabi saat membangun Negara Madinah yang menyebabkan banyak orang Yahudi masuk Islam dan lain-lain.

3-      Al-I’ja<z al-Khabari> (kemukjizatan Al-qur’an dari aspek berita)
Salah satu kemukijizatan AL-Qur’an adalah berita-berita yang di bawa al-Qur’an. Jika di kategorikan ada tiga berita yang di bawa oleh al-Qura’n. Pertama berita tentang yang tidak terlihat. Seperti berita tentang wujud Allah, Malaikat, surga, neraka dan lain-lain. Yang kedua berita tentang masal lalu. Seperti sejarah penciptaan bumi, manusia dan tentang umat-umat terdahulu. Yang ketiga berita tentang masa depan[14]. Misalnya cerita tentang kematian Abu lahab dan Wali<d al-Mughi<rah dalam keadaan kafir[15]. Allah berfirman tentang Wali<d :
سأصليه سقر.
“Akan aku masukkan dia ke dalam neraka”(QS,74:26).
Dan firman Allah yang berkenaan dengan Abu Lahab:
سيصلى نارا ذات لهب.
“Akan aku masukkan dia kedalam api neraka yang berkobar”.(QS,111:3).

Jika bisa sedikit lebih cerdas, mereka bisa saja berpura-pura masuk Islam agar membatalkan ayat-ayat tersebut, akan tetapi kenyataanya mereka tetap pada kekufuranya sampai mereka mati.


4-      Al-I’ja<z al- ‘ilmi< (keunggulan Al-qur’an dari sisi ilmu pengetahuan)
Mukjizat ilmiah al-Qur’an mulai di kaji ketika manusia berkenalan dengan ilmu pengetahuan modern. Pada saat awal turun, mukjizat ini tidak terlalu di perhatikan, karena kondisi saat itu masih belum mengenal ilmu pengetahuan. Pada zaman nabi mukjizat keindahan al-Qur’an lebih menjadi perhatian.
Setelah peradaban manusia mengalami perkembangan yang pesat terutama dari pada sektor ilmu pengetahuanya, para ilmuan modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu mulai mengkaji ulang ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Hasilnya sangat mengejutkan, kitab yang turun beberapa abad yang lalu sudah mengungkap rahasia-rahasia alam dan isinya. Padahal saat itu belum ada peralatan modern seperti saat ini. Bahkan lebih aneh lagi, kitab ini di bawa oleh orang yang tidak pandai baca tulis.
Salah satu contohnya adalah ketika al-Qur’an menjelaskan fungsi panca indra manusia. Al-Qur’an dengan sangat halus menjelaskan fungsi alat pengelihatan dan pendengaran dalam surat al-Nakhl ayat 78:
والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السع واللأبصار والأفئدة لعلكم تشكرون.
“ Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam kedaan tidak tahu apa-apa. Dan menciptakan kuping , mata, dan hati agar kalian bershukur”

Dalam ayat tersebut allah mendahulukan kata “Sam‘a” (kuping) dan mengahirkan kata “Absa<r”. Ternyata penelitian modern membuktikan bahwa bayi yang baru lahir hanya bisa mendengar dan tidak bisa melihat sampai dalam jangka waktu satu minggu[16]. Oleh karena itu Islam menganjurkan agar bayi yang baru lahir sebaiknya dibacakan azan di kuping kanan dan iqamat di kuping kiri agar suara yang pertama kali terdengar adalah nama Allah. Setelah “Sam‘a” dan “Absa<r”  Allah baru menyebutkan kata “Af’idah “. Sebagian ulama memaknai “Af’idah “  dengan hati, atau tempat berkumpulnya hal-hal yang telah di cerna panca indra. Mengenai hal ini para ilmuan mengatakan bahwa seorang bayi tidak akan dapat mencerna hal-hal yang abstrak atau yang tidak terlihat oleh mata. Seperti kata “persamaan”, “pengorbanan” dan lain-lain. Tetapi setelah mereka beranjak dewasa dan banyak melihat dan mendengar lambat laun mereka akan mengerti hal-hal yang abstrak[17].
Begitulah al-Qur’an mengandung fakta-fakta ilmiah yang sangat halus dan singkat dalam menggambarkannya. Masih banyak lagi ayat-ayat yang senada dengan ayat diatas yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan yang singkat ini.
5-      Al-i’ja>z al-Ta’thi>ri< ( kemukjizatan dari sisi pengaruh atau getaran)
Al-qur’an mungkin satu-satunya kitab di muka bumi ini yang di baca tiap hari oleh berjuta-juta orang di belahan muka bumi. Yang lebih aneh lagi, meskipun mereka tidak memahaminya, mereka tetap membaca dan mengajari anak-anak mereka membaca al-Qur’an.
Karena menurut pengakuan mereka al-Qur’an mempunyai dampak getaran tersendiri bagi orang yang mendengarnya meskipun orang itu tidak faham, terlebih bagi orang yang mampu memahaminya. Seperti pegakuan sahabat Abu Dzar al-Ghifa>ri>, ia mengatakan : “Aku belum pernah mendengar shi’ir seindah gubahan saudaraku Qais, ia pernah mengalahkan duabelas penyair ulung, termasuk aku pada zaman Ja>hi>liyyah. ”Kemudian ia berkomentar tentang al-Qur’an. “Banyak orang mengatakan bahwa al-Qur’an itu shi’ir, Perkataan dukun, perkataan tukang sihir. Sedangkan aku sering mendengar ucapan-ucapan dukun, dan ternyata al-Qur’an berbeda dengan ucapan mereka. Aku pun mencoba membandingkan dengan sha’ir, ternyata jauh sekali perbedaanya. Akhirnya aku yakin bahwa al-Qur’an itu sebagai wahyu sangatlah benar, merekalah yang bohong[18].
Kalau mau jujur sebenarnya mereka mengakui kehebatan al-Qur’an, akan tetapi mereka malu mengakuinya sehingga mereka menuduh Nabi dengan hal-hal yang tidak masuk akal.
6-      Al-I ‘ja<z al-Raqmi<  (keajaiban angka-angka dalam al-Qur’an)
Salah satu bukti keotentikan al-Qur’an adalah keseimbangan bahasa dan bilangan kata yang terdapat di dalamnya. Misalnya[19] :
A.    Keseimbangan jumlah bilangan sebuah kata dengan antonimnya beberapa contoh diantaranya :
  • Al-H{ayah (hidup) dan al-mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali.
  • Al- Naf' ‘  (manfaat) dan al-Mad{arrah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.
  • Al-H{ar (panas) dan al-Bard (dingin), masing-masing 4 kali.
  • Al-s{a<liha>t (kebajikan) dan al-Sayyi'a>t (keburukan), masing-masing 167 kali.
  • Al-T{uma’ni<nah (kelapangan/ketenangan) dan al-D{i>q (kesempitan/kekesalan), masing-masing 13 kali.
  • Al-Rahbah (cemas/takut) dan al-Raghbah (harap/ingin), masing-masing 8 kali.
  • Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali.
  • Kufr (kekufuran) dan iman (iman) dalam bentuk indifinite, masing-masing 8 kali.
  • Al-S{ay>f (musim panas) dan al-shita<' (musim dingin), masing-masing 1 kali.
B.  Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya :
  • Al-infa>q (infak) dengan al-rid{a> (kerelaan), masing-masing 73 kali;
  • Al-bukhl (kekikiran) dengan al-h{asarah (penyesalan), masing-masing 12 kali;
  • Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-na>r/al-ah{raq (neraka/ pembakaran), masing-masing 154 kali;
  • Al-zaka<h (zakat/penyucian) dengan al-barakah (kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali;
  • Al-fa<h{ishah (kekejian) dengan al-ghad{ab (murka), masing-masing 26 kali.


[1] Ma’su>m bin aly, al-Amthilah al-Tas}ri>fiyah, (Nganjuk: PON-PES Darussalam),39.
[2] M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-qura\’an,  (Bandung: Mizan, 1997)hlm.23.
[3] Musatafa di>b bugho dan muhyiddin dib mustu>, al-Wa>dih} fi> ulum Al- qur’an, (Damaskus: darulkalam al-toyib,cet2, 1998),150.
[4] Yang bisa dijangakau oleh penca indra.
[5] Yang tidak bisa dijangkau  kecuali dengan akal atau basiroh.
[6] Jala>luddin al-Suyu>ty, Al-itqa>n f<i Ulu>m Al- qur’an,(Saudi Arabia: wizaratul auqaf),1872.
[7] Mustafa muslim, Maba>hith fi I’ja>z al- qur’an, (riadl: dar al-muslim,cet2, 1996) ,24.
[8] Abdur razaq naufal, Al-quran dan sains ilmu modern, “terj”  Hery Nur Aly dan T.Abdulqasim (Bandung: Husaini, 1987),1.
[9] Ibid,2.
[10] Mana,’ al-qotton, Mabahith fi> Ulu>m Al- qur’an, (Kairo: maktabah wahbah,2000),251.
[11] Mustafa muslim, Mabahis fi> I’ja<z Al -qur’an, (Riad}: Da>r al-Muslim,cet2, 1996),38.
[12] Abdur razaq naufal, Al-quran dan sains ilmu modern,  h.7.
[13] Yusuf Ahmad, “Mawsu< ‘at I ‘ja>z al- ‘Ilmi< fi< al-Qur’an al-Kari<m wa al-Sunnah al-Mutahharah”, (t.t.:Maktabah Ibni h{ajar,t.th), 60.
[14] Abdullah bin Yusuf al-Judai ‘, “al-Muqaddima<t al-Asa<siyyah fi<  ‘Ulu<m al-Qur’a<n”,( Leeds: Al-rayya<n.), 23.
[15] Yusuf Ahmad,” Mawsu’t.”, hal,20
[16] Mutawally sya’rawi, Al-qodho wal qodar, ( iskandariya; dar al-syuruq,2002) ,122.
[17] Ibid,hal,132.
[18] Abdul Razaq Naufal,” Al-Qur’an dan Sains…hlm,6.
[19] Muhammad Quraish Shihab, “ Membumikan al-Qur’an”, (Bandung: Mizan,cet,13,1996),
Previous
Next Post »
Thanks for your comment